Pada dasarnya kata Hermeneutika berasal dari bahasa Yunani hermeneuein yang berarti “menafsirkan”, dan dari kata hermeneuein tersebut dapat ditarik kata benda hermenia yang berarti “penafsiran” atau “interpretasi” dan kata hermeneutes yang berarti interpreter (penafsir). Kata ini sering diasosiasikan dengan nama salah seorang dewa Yunani, Hermes yang dianggap sebagai utusan para dewa bagi manusia. Hermes adalah utusan para dewa di langit untuk membawa pesan kepada manusia.[5]
Pengasosiasian hermeneutika dengan Hermes secara sekilas menunjukkan adanya tiga unsur dalam aktivitas penafsiran, yaitu :
1. Tanda, yaitu pesan atau teks yang menjadi sumber atau bahan dalam penafsiran yang diasosiasikan dengan pesan yang dibawa oleh Hermes,
2. Perantara atau penafsir (Hermes),
Dapat dikatakan ketiga unsur inilah nantinya yang akan menjadi tiga unsur utama dalam hermeneutika, yaitu sifat-sifat teks, alat apa yang dipakai untuk memahami teks dan bagaimana pemahaman dan penafsiran itu ditentukan oleh anggapan-anggapan da kepercayaan-kepercayaan mereka yang menerima dan menafsirkan teks.
Hermeneutik adalah ilmu interpretasi (membaca) yakni alat untuk menafsirkan, alat untuk memahami, dan alat untuk menjelaskan.[7] Sejak hermeneutik disebut sebagai sebuah ilmu, baik itu ilmu yang digunakan untuk memahami teks atau ilmu yang digunakan untuk memahami pengalaman hidup, maka fenomenologi menjadi alat yang sangat efketif bagi hermeneutik dalam kajiannya terhadap studi tafsir, yakni fenemonolgi mempelajari tentang arti daripada fenomena yang terjadi dalam kehidupan (realita) serta mencari pemahaman seseorang dalam membangun makna dan konsep yang bersifat subyektif yang kemudian pemahaman tersebut dihubungkan atau dikaitkan dalam pemahaman tentang teks. Hermeneutik berperan lebih dulu dalam fenomenologi sebelum dasar fenomenolgi menajdi sebagai sebuah ilmu.[8]
Hermeneutika secara ringkas dapat dipahami sebagai “proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi tahu dan mengerti”. Defines tersebut merupakan definisi umum yang telah disepekati untuk kata hermeneutika. Adapun secara lebih luas menurut terminologinya, hermeneutika dapat didefinisikan sebagai tiga hal yaitu :
1. Mengungkapkan pikiran seseorang dalam kata-kata, menerjemahkan dan bertindak sebagai penafsir.
2. Usaha mengalihkan dari suatu bahasa asing yang maknanya sulit untuk dipahami ke dalam bahasa lain yang mudah dipahami dan dimengerti oleh si pembaca.
3. Pemindahan ungkapan pikiran yang kurang jelas, diubah menjadi bentuk ungkapan yang lebih jelas.[9]
Menurut Zygmunt Bauman hermeneutika adalah upaya menjelaskan dan menelusuri pesan dan pengertian dasar dari sebuah ucapan atau tulisan yang tidak jelas, kabur, remang-remang dan kontradiktif yang menimbulkan kebingungan bagi pendengar atau pembaca.
Jika dirunut ke belakang, keberadaan hermeneutika ini sebenarnya telah ditemukan sejak zaman Yunani Kuno. Pada saat itu telah ada diskursus hermeneutika sebagaimana yang terdapat dalam tulisan Aristoteles yang berjudul Peri Hermenians (de interpretation).
_______________________________________________________________________
[5] Fakhruddin Faiz. Hermeneutika Qur’ani: Antara Teks, Konteks, dan Kontekstualisasi. (Yogyakarta: Penerbit Qalam. 2002). h.20
[7]Hasan Hanafi. Bongkar Tafsir: Liberalisasi, Revolusi, Hermeneutik (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2005), h.135.
[8]Hasan Hanafi. Bongkar…., h.131.
[9] Fakhruddin Faiz. Hermeneutika…, h. 21-22
0 comments:
Post a Comment