Pengertian Ad-Din
Secara
bahasa kata ad-Dīn merupakan bentuk mashdar dari kata: “Daana – Yadiinu –
Diinan” (دان – يدين – دينا) memiliki arti yang
banyak yaitu agama, jalan hidup, tatanan, hukum dan lain lain. Biasanya kata
lazim ini diterjemahkan dengan ‘agama’. Dalam Kamus Lisan ‘Arab, ad-Dīn
mempunyai arti al-Mukāfaah (pembalasan), al-Jazā (balasan), al-Thā’ah
(ketaatan), dan suatu adat dan keadaan yang diucapkan oleh orang arab atau
suatu sikap ketaatan atau penghambaan yang didasari rasa ketakutan (wahsyah
atau rahbah). Sedangkan dalam Kamus al-I’jaz wa al-Ījaz, al-Dīn berarti
perjanjian dan persiapan.
Secara
Istilah ad-Din adalah:
هوالخضوع لله ورسوله
وكتابه والعمل بشرعه والتزام صراطه المستقيم
“
Tunduk kepada Allah, Rasul, dan kitab-Nya, mengamalkan syariat-Nya, komitmen
dengan jalan yang lurus”. Ad-din dalam pemahaman kita adalah tunduk, taat,
berserah diri dan mengamalkan Islam, menjalankan perintah Allah swt.
Beberapa
makna Ad-Din dalam Al-Quran :
1. Pembalasan, seperti dalam surah al
fatihah ayat 4. Allah berfirman:
مالك يَوْمِ الدين
“Yang menguasai
di Hari Pembalasan”
Dalam tafsir Jalalain disebutkan:
{ مالك يَوْمِ الدين } أي الجزاء وهو يوم القيامة
Yang dimaksud yaumuddin adalah hari pembalasan yaitu hari kiamat
2. Tradisi/undang-undang, seperti dalam
surah Yusuf ayat 76.
فَبَدَأَ بِأَوْعِيَتِهِمْ قَبْلَ وِعَاءِ أَخِيهِ ثُمَّ
اسْتَخْرَجَهَا مِنْ وِعَاءِ أَخِيهِ كَذَلِكَ كِدْنَا لِيُوسُفَ مَا كَانَ
لِيَأْخُذَ أَخَاهُ فِي دِينِ الْمَلِكِ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ نَرْفَعُ
دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ
“Maka mulailah
Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya
sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya.
Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf
menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendaki-Nya.
Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang
yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.”
Pengarang kitab Tafsir jalalain
menyatakan:
{ فِى دِينِ
الملك } حكم ملك مصر لأنّ جزاؤه عنده الضرب وتغريم مثلي المسروق لا الاسترقاق
Dienul malik adalah ketentuan raja Mesir, karena hukuman bagi
pencuri menurut undang-undang raja Mesir ialah dipukuli dan dikenai denda
sebanyak dua kali lipat harga barang yang dicurinya, bukan dijadikan sebagai
budak
3. Agama. Kata ad dien dengan makna agama
dapat kita dapat dari beberapa ayat berikut:
A.
Surah
ali ‘Imran ayat 83, Allah berfirman:
أَفَغَيْرَ
دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
Maka apakah mereka mencari agama
yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa
yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada
Allahlah mereka dikembalikan
Pengarang kitab tanwirul miqbas min
tafsiri ibnu ‘abbas menyatakan:
{ أَفَغَيْرَ
دِينِ الله } الإسلام
Dinullah adalah al Islam
B.
Surah ali ‘Imran ayat 85 Allah SWT
menyatakan:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ
وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain
agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya,
dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
4.
Ad-Din yang bermakna “Ketaatan”
A.
Surah al-Imrān [3]: 19.
إِنَّ الدِّينَ
عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا
مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآَيَاتِ
اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Sesungguhnya
agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang
yang telah diberi Al Kitab, kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka,
karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap
ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”
Dalam
ayat ini lafadh ad-dīn dan al-Islām menjadi satu. Relevansinya dengan makna
ketaatan, dikatakan oleh at-Thabari dalam tafsirnya tentang makna, Inna ad-dīna
‘inda Allah al-Islām, “Bahwa
sesungguhnya segala bentuk ketaatan adalah ketaatan kepada-Nya dan menetapkan
dalam hati dan lisan dengan penuh kerendahan dan penghambaan dan tunduk-taat
kepada apa yang telah Allah perintahkan dan menjauhi apa yang telah ia
haramkan. Adapun bentuk kerendahan ini tidaklah membesar-besarkan diri dan
tidak menyekutukan Allah dengan makhluk-makhluk-Nya dalam bentuk ‘ubūdiyyah
maupun ulūhiyyah.
B.
Ad-Dīn
yang berarti ath-Thā’ah menurut ash-Fahani abu al-Qasim terdapat dalam surah
an-Nahl [16]: 52;
وَلَهُ مَا فِي
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَهُ الدِّينُ وَاصِبًا أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَتَّقُون
“Dan kepunyaan-Nya-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi,
dan untuk-Nya-lah ketaatan itu selama-lamanya. Maka mengapa kamu bertakwa
kepada selain Allah?
5 .
Ad-Dīn “Syirk”.
Sedikit
telah dibahas, bahwa ad-Dīn jika dikaitkan dengan dhamīr al-muttashil
kadangkala mempunyai makna sebaliknya, bukan Islam ataupun ketaatan, melainkan
syirk, tepatnya ada pada surat al-Kafirun: 1-6,
قُلْ يَا أَيُّهَا
الْكَافِرُونَ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ وَلَا
أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ وَلَا أَنْتُمْ
عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ لَكُمْ دِينُكُمْ
وَلِيَ دِينِ
“Katakanlah:
"Hai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan
kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah
Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”
Surah
ini ditunjukan kepada Rasulullah saw agar beliau menjelaskan bagaimana sikap
orang Musyrik – tentunya meraka adalah orang-orang yang telah Allah tutup hati,
penglihatan, dan pendengaran mereka untuk menerima hidayah-Nya (QS. al-Baqarah
[2]: 7) – yang tidak mau menyembah Allah Ta’ala. Oleh karena itulah mereka tidak sama sekali
mendengarkan apa yang diucapkan oleh orang-orang yang beriman atau malahan dari
Rasulullah sendiri. Surah ini jelas merupakan wujud nyata dari surah al-Baqarah
ayat 7 dan hasilnya adalah kelepastangan Nabi akan agama yang mereka peluk,
yaitu agama yang menyimpang dari agama Islam.
Dua
lafadz ad-Dīn dalam ayat terakhir surah al-Kafirun mempunyai makna yang sangat
bertolak belakang. ad-Dīn pertama yang diwashalkan dengan dhamir muthasil “kum”
bermakna ‘kufr’ sedangkan ad-Dīn yang kedua bermakna ‘al-Islam’. Dinamakan
kufr, karena agama yang mereka peluk tidak berorientasi pada Allah oriented
akan tetapi pada selain-Nya. Maka dapat dikatakan bahwa al-Islam itu sendiri
adalah “Lā ilāha Illa Allah”, Tidak ada yang disembah selain Allah dan tidak
ada cara untuk menyembah-Nya kecuali yang telah Rasulluah sampaikan. Jadi,
‘syirik’ disini bukan hanya pada objek yang mereka sembah akan tetapi cara yang
mereka pakai untuk menyembah. Adapaun jika ada orang yang berkata bahwa aku
menyembah Allah ketika aku bermain pun bisa, ini merupakan sikap orang bathil
dan musyrik.
0 comments:
Post a Comment