Yohanes Ad-Dimasqi Sang Orientalis Di Masa Bani Umayyah


Namanya Yohanes dari Damaskus atau dalam versi bahasa arab Yuhanna Ad-Dimasyqi atau John Damascene atau Johanna Damascenus[1] atau Johannes et Damasque dijuluki sebagai Chrysorhoas (lidah Emas) karena saat tinggal di Antiokia dikenal dengan nama Chrysostom[2]. Nama aslinya adalah Yahya bin Mansur bin Sarjun, lahir pada 675 dan wafat 750. Seorang ahli dogmatika Gereja Ortodoks Yunani[3]. Dalam kalangan Kristen ia sebagai santo[4] sedangkan dalam dunia Islam ia adalah salah satu orientalis klasik.
Yuhanna Ad-Dimasyqi hidup di daerah Syam tepatnya Damaskus pada masa Bani Umayyah merupakan sahabat dekat khalifah Abdul Malik Ibnu Marwah[5]. Karena keberagaman masyarakat pada saat itu oleh karenanya khalifah memilih ayah dari Yohanes dari Damaskus untuk menjadi Bendaharawan Negara dalam mengurusi pajak pada pemerintahan dinasti Umayyah[6]. Ia merupakan pakar teologi bapa-bapa gereja terkahir di timur bersama St. Isidorus dari Sevilla[7].
Pada periode Yohanes menjabat itulah, sebuah aliran sesat yang disebut ikonoklasme muncul dari Kekaisaran Byzantium. Para penganut ikonoklasme disebut ikonoklas; mereka ini adalah orang Kristen yang menafsirkan sendiri Perjanjian Lama secara terlalu harafiah, sehingga menolak pembuatan patung dan gambar Yesus, Maria, serta orang kudus sebagai alat bantu doa (mereka mengabaikan perikop di mana Allah jelas menyuruh pembuatan patung sebagai hiasan Tabut Perjanjian, dan ketika Allah menyuruh Musa membuat Tabernakel).
Akibat gerakan ini, banyak seni rupa Kristen yang dihancurkan oleh kaum ikonoklas. Yohanes adalah salah satu tokoh yang melawan aliran sesat ini. Sebagai seorang penulis yang handal, dan dengan didukung oleh penguasa Muslim, Yohanes menuliskan tiga jilid Risalah Apologetika Melawan Mereka yang Mencela Gambar Kudus (Apologetic Treatises against those Decrying the Holy Images).
Ketika usia 30 tahun, ia meninggalkan jabatannya dan hidup zuhud mengabdi pada gereja St. Saba di dekat Yerusalem. Ia Meninggal disana sekitar 748M. [8]

Yohanes hidup pada pemerintahan khilafah Islam. Ini yang membuatnya juga memiliki perhatian terhadap perkembangan Islam. Selain itu juga untuk memfasilitasi umat Kristen agar tidak terpengaruh pada Saracen[9].Islam sendiri disebut sebagai Heresis.[10]
Dalam bukunya De Haeresibus merupakan cabang dari buku Pege Gnoseos/The Fountain of Knowledge (Mata Air Pengetahuan) ia menyerang agama Islam secara keras. Membicarakan lahirnya agama Islam, kepribadian nabi Muhammad dan tuduhan lainnya[11]. Yohanes beranggapan bahwa Islam merupakan nama yang muncul belakangan.  karena ia masih menganggap Islam bukan sesuatu yang berpisah dengan Kristen dan menganggap bahwa Islam merupakan bagian sekte bid’ah Kristen[12]. Kebanyakan penulis Kristen juga beranggapan bahwa Islam bukan bagian yang baru, melainkan sekte bid’ah terbesar dalam ajaran Kristen.[13]Islam dalam lingkungan ummat Kristiani sebagai sebuat aliran dalam kekristenan, kemudian ia menyimpang dari arus utama. Tetapi agama Islam tidak diakui sebagai agama sendiri dengan sistem doktrinnya sendiri.[14]
Yohanes menghujat Hajar Aswad yang dicium dengan menganalogikan pada patung dan salib yang digugat oleh umat muslim pada gereja-gereja. Ia juga menghujat surat An-Nisa dengan mengatakan bahwa Islam membolehkan bersenan dengan wanita dan boleh memiliki seribu selir dan dengan sesuka hati boleh diceraikan tanpa melihat urgensi ayat tersebut. Bahkan ia menganalogikan pada pernikahan Rasul dengan Zainab Binti Jahzy mantan istri Zaid anak angkat rasul. Kemudian ia menghujat surat Al-Maidah, ia mengartikan surat Al-Maidah dengan sebutan “Sang Meja” sedang arti sebenarnya adalah “Hidangan”.
Dikarenakan pandangan Yohanes ini yang masih menganggap Islam sebagai sekte Kristen sehingga kritikannya sangat tajam. Itu karena Islam sejatinya agama yang independen, dan saat dianggap ia sebuah sekte maka akan nampak perbedaan yang sangat besar.





Daftar Pustaka
Ali, A Mukti. 1996. Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam. Mizan. Jakarta.
Effendi, Mochtar. 2001. Ensiklopedia Agama dan Filsafat. Universitas Sriwijaya. Palembang.
End, Van Den & Christian de Jonge._. Sejarah Perjumpaan Gereja dan Islam. UPI STT Jakarta. Jakarta.
Hitti, Philip K. 2013. History of The Arabs. Serambi. Jakarta.
Lefebura, Leo D. 2006. Pernyataan Allah, Agama, dan Kekerasan. BPK Gunung Mulia._
Schumann, H. 2006. Menghadapi Tantangan, Memperjuangkan Kerukunan. PT BPK Gunung Mulia. Jakarta.
O'Colins Gerald & Edward G farrugia. 1996. Kamus Teologi. Kanisius._





[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Yohanes_dari_Damaskus
[2] Philip K.Hitti, History of The Arabs, Serambi, Jakarta, 2013, hlm. 307
[3] H. Schumann, Menghadapi Tantangan, Memperjuangkan Kerukunan, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2006, hlm. 137
[4] Orang suci
[5] Mochtar Effendi, Ensiklopedia Agama dan Filsafat, Universitas Sriwijaya, Palembang, 2001
[6] A. Mukti Ali, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam, Mizan, Jakarta, 1991, hlm. 24
[7] Gerald O’Colins dan Edward G Farrugia, Kamus Teologi, Kanisius, 1996, hlm. 39
[8] Philip K.Hitti, History of The Arabs, Serambi, Jakarta, 2013, hlm. 307
[9] Kata Saracen berasal dari Bahasa Yunani (Σαρακηνός), yang diduga berasal dari bahasa Arab شرقيين syarqiyyin ("orang-orang timur"), namun dugaan ini tidak memilik dasar yang kuat. Istilah ini pertama kali dipakai pada awal masa Romawi Kuno untuk menyebutkan sebuah suku Arab di Semenanjung Sinai. Pada masa-masa berikutnya, orang-orang Kristen Romawi memperluas penggunaan ini untuk menyebut orang Arab secara keseluruhan. Setelah berkembangnya agama Islam, terutama pada masa Perang Salib, istilah ini digunakan terhadap seluruh Muslim (orang Islam). Istilah ini disebarkan ke Eropa Barat oleh orang-orang Bizantium (Romawi Timur) dan Tentara Salib.
[10] Ajaran Sesat
[11] Dr. Th. Van Den End dan Dr. Christian de Jonge, Sejarah Perjumpaan Gereja dan Islam, UPI STT Jakarta, Jakarta, hlm. 205
[12] http://www.indonesianpapist.com/2011/09/st-yohanes-dari-damaskus-mengenai-islam.html
[13] Leo D.Lefebure, Pernyataan Allah, Agama, dan Kekerasan, BPK Gunung Mulia, 2006, hlm. 155
[14] H. Schumann, Menghadapi Tantangan, Memperjuangkan Kerukunan, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2006, hlm. 139

CONVERSATION

1 comments:

Back
to top