Dikisahkan pada suatu hari Imam Ahmad Ibnu Hanbal rahimahullāh sedang berpuasa. Menjelang berbuka dengan 2 potong roti kering, datanglah seorang pengemis ke rumah beliau untuk meminta-minta.
Imam Ahmad merasa iba dengan pengemis tersebut.
Apa yang dilakukan oleh Imam Ahmad?, Ternyata 2 potong roti kering yang beliau siapkan untuk berbuka puasa diberikan semuanya ke pengemis tersebut sehingga tidak ada makanan tersisa di dalam rumah beliau.
Lantas beliau berbuka dengan apa?. Beliau berbuka dengan segelas air putih dan keesokan harinya bersahurpun dengan segelas air putih. Luar biasa bukan?
Begitulah sosok orang-orang yang puasanya telah mempengaruhi perilaku kesehariannya.
Dan puasa bagaimanakah yang akan mempengaruhi perilaku seorang hamba?
Yaitu puasa yang bukan sembarang puasa yaitu PUASA SEJATI.
Apakah PUASA SEJATI itu?
Puasa sejati bukanlah hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum saja, akan tetapi makna puasa lebih luas dari itu.
Sebagaimana yang diisyaratkan oleh shahābat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang bernama Jābir bin 'Abdullāh radhiyallāhu 'anhu:
إذا صمت فليصم سمعك وبصرك ولسانك
"Jika engkau berpuasa hendaklah telingamu ikut berpuasa, lisanmu ikut berpuasa dan matamu ikut berpuasa." (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, 3/3)
Jadi, Jābir bin 'Abdullāh memberikan sebuah makna yang sangat dalam dari ibadah puasa. Ternyata puasa itu bukan hanya sekedar menahan haus dan lapar.
• Apa itu PUASA MATA?
Yaitu menjaga mata ini dari melihat hal-hal yang diharamkan Allāh Subhānahu Wa Ta'āla.
Demi mengamalkan firman Allāh Subhānahu Wa Ta'āla:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ
"Katakanlah (wahai Muhammad) kepada kaum mu'minin agar mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kemaluan mereka." (An-Nūr 30)
Dan Allāh berkata kepada kaum mu'mināt:
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ
"Katakanlah (wahai Muhammad) kepada kaum mu'mināt, hendaklah mereka senantiasa menundukkan pandangan mereka dan menjaga kemaluan mereka." (An-Nūr 31)
Jadi Allāh menjelaskan didalam ayat ini bahwa mata digunakan untuk sesuatu yang tidak dimurkai oleh Allāh. Kita terkadang heran dengan perilaku sebagian orang yang berpuasa, biasanya pada sore hari duduk-duduk (ngabuburit) di jalan-jalan.
• Apa itu PUASA LISAN?
Puasa lisan adalah menggunakan lisan ini dalam hal-hal yang diridhai Allāh Subhānahu Wa Ta'āla. Jika tidak bisa mengatakan kata-kata yang baik, maka diamlah.
Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:
من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت
"Barangsiapa yang beriman kepada Allāh dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)
Aneh sekali jika orang yang berpuasa tapi masih menggunjing orang lain, berbohong, mencaci orang lain. Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menegaskan dalam sebuah hadits shahīh:
فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشرابه
"Orang yang berpuasa kemudian tidak meninggalkan perkataan dusta, Allāh tidak butuh dengan laparnya dan dahaganya." (HR. Bukhari)
Ini peringatan keras dari Nabi kita shallallāhu 'alayhi wa sallam bahwa orang yang berpuasa tapi masih menggunjing orang lain, gemar berdusta, suka mencaci dan menghina orang lain maka orang-orang seperti ini puasanya tidak dibutuhkan Allāh. Dan bisa sampai tidak diterima oleh Allāh Subhānahu Wa Ta'āla seandainya dia tidak memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun puasa.
• Apa itu PUASA TELINGA?
Yaitu kita berusaha untuk tidak memasukkan ke dalam telinga kita kecuali sesuatu yang baik. Maka jangan habiskan waktu berpuasa kita (dan juga ketika tidak berpuasa) untuk mendengarkan gosip/aib oranglain & nyanyian. Habiskan waktu kita untuk mendengarkan bacaan Al-Qurān, pengajian.
Maka, puasa sejati adalah orang yang telah berpuasa bukan hanya perutnya saja tapi juga berpuasa dengan telinga, mata dan lisannya bahkan seluruh anggota tubuhnya (tangan, kaki, hati).
Semoga bermanfaat.
0 comments:
Post a Comment