SEJARAH PERKEMBANGAN HADIS

NAMA           :Mulqannur
NIM               : 140303029
JJURUSAN   : Ilmu Al_Quran dan Tafsir
FAKULTAS  :Ushuluddin dan Filsafat





A.      Perkembangan Hadist Pra-Kodifikasi Pada Masa Rosulullah SAW
Pada periode ini sejarah hadist disebut“ Ashr al – Wahyiwa al– Takwin”( masa turunnya wahyu dan pembentukan masyarakat islam ). Pada saat inilah Hadist lahir berupa sabda (aqwal),af‟al da taqrir. Nabi yang berfungsi menerangkan al-qur‟an dalam rangka menegakkan syari‟at islam dan membentuk masyarakat Islam. Para sahabat menerima hadits secara langsung dan tidak langsung. Penerimaan secara langsung misalnya saat Nabi SAW.memberikan ceramah, pengajian,khotbah, atau penjelasan terhadap pertanyaan para sahabat. Adapun penerimaan secara tidak lansung adalah mendengar dari sahabat yang lain atau dari utusan-utusan daerah yang datang kepada Nabi SAW. Pada masa Nabi SAW.kepandaian baca tulis dikalangan para sahabat sudah bermunculan, hanya saja terbatas sekali. Karena kecakapan baca tulsi dikalangan sahabat masih kuran, Nabi menekankan untuk menhafal, memahami, memelihara, mematrekan, dan memantapkan hadits dalam amalan seharisehari, serta mentabligkannya kepada oranglain. Tidak dituliskannya hadits secara resmi pada masa nabi, buakn berarti tidak ada sahabat yang menulis hadits. Dalam sejarah penulisan hadits terdapat nama-nama sahabat yang menulis hadits, diantaranya ;
1.„Abdullah Ibn Amr Ibn „Ash
2. Ali Ibn Abi Thalib
3. Anas Ibn Malik
B.      Perkembangan Hadits Masa Khulafa al-Rasyidin
Perkembangan hadits pada masa khulafa‟al-Rasyidin ini disebut juga sebagai, Ashr-At-Tatsabbut wa Al-Iqlal min Al-Riwayah’ . Yaitu masa pembatasan dan penyedikitan  periwayat..
 Pada masa Khalifah Abu Bakar dan Umar, periwayatan hadits tersebar secara terbatas tulisan hadits pun masih terbatas dan belum dilakukan secara resmi. Bahkan pada masa itu, Umar melarang para sahabat untuk memperbanyak meriwayatkan hadits dan sebaliknya Umar menekankan agar para sahabat mengerahankan perhatiannya untuk menyebarluaskan Al-Qur‟an*.
Pada masa itu, khalifah Umar memiliki gagasan untuk membukukan hadits, namun maksdu tersebut diurungkan setelah beliau melakukan istikharah.
Dalam prakteknya, ada dua tipologi ciri-ciri periwayatan hadits dalam perkembangannya yang dilakukan para sahabat, yakni :
1. Dengan lafadz asli, lafazh yang mereka terima dari Nabi SAW.yang mereka hafal benar lafazh dari Nabi.
2. Dengan maknanya saja, mereka meriwayatkan maknanya karena tidak hafal lafazh asli dari  Nabi SAW.
C.       Perkembangan Hadist Masa Sahabat Kecil dan Tabi‟in Besar
Perkembangan Hadist Masa Sahabat Kecil dan Tabi‟in Besar in disebut juga „ Ashr Intisyar al-Riwayah ila A-Amshr ‟. Yaitu masa berkembang dan meluasnya periwayatan hadits. Pada masa ini, daerah islam sudah meluas, yakni ke Negara Syam, Irak, Mesir, Samarkand, bahkan  pada tahun 93 H meluas sampai ke Spanyol.hal ini besamaan dengan berangkatnya para sahabat ke daerah-daerah tersebut, terutama dalam rangka tugas memangku jabatan pemerintahan dan  penyebaran ilmu hadits.
ingin mengetahui hadits-hadits Nabi SAW.diharuskan  berangkat keseluruh pelosok daerah daulah Islamiyah untuk menanyakan hadist kepada sahabat-sahabat besar yang sudah tersebar diwiayah tersebut. Dengan demikian, pada masa ini, disamping tersebarnya periwayatan untuk mencari haditspun menjadi ramai. Karena meningkatnya periwayatan hadits, muncullah bendaharawan dan lembaga hadits diberbagai daerah diseluruh negeri. Diantara bendarawan hadits yan banyak menerima, menghafal, dan mengembanhkan atau meriwayatkan hadits adalah :
 1. Abu Hurairah
 2.Abdullah Ibn Umar
3. Aisyah
 4. Abdullah Ibn „Abbas
5. Jabir Ibn „Abdullah
6.Abu Sa‟id Al-Khudri
D.      Perkembangan Hadits Pasca Kodifikasi Pada Masa Abad II dan III
Periode ini disebut “ASAHR AL-Kitabah Al-Tadwin”, yakni masa penulisan dan pembukuan. Maksudnya penulisan dan pembukuan secara resmi, yakni yang diselenggarakan oleh atau atas inisiatif pemerintah secara umum. Sebab kalau secara peroranga sebelum abad II H. hadist sudah banyak ditulis baik pada masa tabi‟in sahabt kecil, sahabat besar dan bahkan sejak masa nabi SAW.
Masa pembukuan secara resmi dimulai pada awal abad II H,yakni pada masa pemerintahan Khalifah Umar Ibn Abdul Azis tahun 101 H.
terkenal adil dan wara serta ahli dalam berbagai ilmu. Untuk merealisasikan niatnya itu, pertama – tama beliau meminta kepada gubernur madinah, Abu Bakar ibn Muhammad ibn „Amr ibn Hazm, supaya membukukan hadist Nabi SAW yang terdapat pada „Amarah binti „Abd al- Rahman ibn sa‟ad ibn Zurarah ibn „ Ades. Surat Umar ibn Abd al-Azis yang ditujukan kepada gubernur dapat disimpulkan sebagai berikut: Corak tadwin dengan seleksi menghasilakan dua jenis diwan hadist. Aktifitas tadwin hadist secara resmi dimulai pada masa khalifah „Umar ibn Abd al-Aziz (khalifah ke-8 dari daulah ummayah) yang
a) Kitab Shahih, yakni kitab-kitab yang penyusunnya tidak memasukkan ke dalamnya selain dari hadist shahih saja. Kitab shahih antara lain:
 (1) shahih Bukhari,
(2) shahih Muslim
(3) shahih al- Mustadrak Hakim,
(4) shahih Ibn Hibban,
(5) shahih Ibn Khuzaimah,
(6) shahih Abu „Awanah,
(7) shahih Ibn Jarud. 
E.       Perkembangan Hadits Pada Masa Mutaakhir.

Periode ini disebut , Ashr al-Tahzhib wa al-Tartib wa al-Istidrak wa al- Jami’I wa al -Syarh wa al-Takhrij wa al-Bahts,‟yaitu masa pembersihan, penyusunan, penambahan, pengumpulan,  penyerahan, pentakhrijan dan pembahasan yang berlangsung sejak abad IV sampai 656 H. Ulama yang hidup pada mulai abad IV disebut ulama Mutaakhir, sedangkan ulama yang hidup sebelumnya disebut ulama Mutaqaddimin. Corak periwayatan Hadits pada masa mutaqaddimin dengan penukilan langsung dari para  penghafal, sedangkan pada masa Mutaakhir para ulama mencukupkan periwayatan dengan menukil dan mengutip dari kita-kitab Hadits yang ditadwin oleh para ulama-ulama abad II dan III H. Bertolak dari hasil tadwin itulah maka ulama-ulama di abad IV H memperluas system dan corak tadwin, menerbitkan penyusunan, penyusun spesialisasi dan kitab-kitab komentar serta kita-kitab gabungan dan lain-lainnya. Aktivitas tadwin Hadits abad IV disebut aktivita tadwin ba‟da tadwin.

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment

Back
to top